Apakah sudah merata pendidikan ke
pelosok=pelosok negeri Indonesia yang memang kekayaan alam laur biasa melimpah
? jauh dari layak, mulai dari kelas seperti kandang ayam, genting dan atap
kelas yang rusak berlubang dan bila hujan datang kegiatan belajar harus
berhenti. Belum lagi kesejahteraan guru terpencil dan peningkatan pendidikan
dari tenaga guru itu sendiri tiada tergapai pula.
Bagaimana mau pintar dan cerdas
bangsa kita ini bila pendidikannya tidak merata? Ada kisah menyentuh seorang
guru yang berada di tanah Papua daerah kaki gunung Jayawijaya Papua lulusan SD
bernama Kolintanma Rosumbre.
Dia ikhlas mengajar kepada
murid-muridnya yang berjumlah 15 orang dengan kondisi kelas seadanya dari
kayu-kayu, 1 papan tulis, tidak ada meja guru, tidak ada meja bagi muridnya,
murid-murid membawa kertas bekas untuk menulis, murid-muridnya pun tak
berseragam, bahkan ada yang telanjang.“saya melihat mereka antusias untuk
belajar itu sungguh luar biasa. Senang saya karena dengan keinginan dan
tekadlah yang mampu mempercepat transformasi ilmu saya kepada mereka, walaupun
kemampuan saya hanya bisa mengajari membaca menulis dan menghitung sederhana.
Cerita guru lulusan SD ini.”
Saya merasa kasihan dan sedih
melihat anak-anak di sini tidak merasakan pendidikan walaupun hanya membaca,
menulis, dan berhitung karena dengan dasar itulah saya mengajar mereka agar
bisa mentas dari kebutaan ilmu.”
“kalau bukan saya, lalu siapa lagi yang memberikan
sedikit ilmu kepada mereka, meskipun saya hanya lulusan SD akan saya beri pula
semngat untuk menjadi guru dan mengajar disini.”
Guru bijak dan sabar itu menghela nafas panjang.
“coba bayangkan saja akan menjadi apa bangsa ini bila
tidak ada guru ?” ucap Rosumbre dengan mata berkaca-kaca dan tanapa alas kaki
ini.
“harapan saya tidak banyak kepada pemerintah Indonesia
ini, bersungguhlah dalam mencerdaskan bangsa ini karena itu kita mampu
mengelola kekayaan alam kita secara mandiri.”
Itulah
sekelumit curahan guru di daerah terpencil yang mengajar dari hati karena
tuntutan nurani, bukan materi !
Sumber : Buku karya Endelweis Almira
“GURU, hidupmu hanya untuk kami”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar